Rabu, 13 April 2011

Deposit Tailing Freeport di Timika Papua sumber bencana untuk suku kamoro


Sejak sepuluh tahun terakhir jumlah penambang tradisional beropersi di sepanjang sungai Otomona dan ajikwa, yang masuk wilayah kontrak kerja freeport, dan bahagian dari kawasan taman nasioanl Lorent, terus bertambah catatan asosiasi pendulang di timkka jumlahnya sudah menembus sepuluh ribu penambang,setiap hari beropersi disepanjang sungai. merekapun menggunakan mercury untuk memproses hasil dulanganya yang juga menggunakan aliran sung. Pihak Freeport berdalih maslah pendulang yang menggunakan mercury bukan tanggung jawab perusahaan, padahal apapun alsanya. tidak mungkin pendulang tradisional berada disepnajang sungai dari mile 68 desa banti hingga kalikabur didistrik mimika baru. jikalau Freeport tidak menggunakan aliran sungai untuk membuanag limbah produksinya di Mile 74 Grasberg Tembagapura ( Muhammad Yamin/ jurnalis menetap di Timika Papua)


HAMPARAN TAILING:Pasir sisa tambang ini merupakan ampas terkahir yang di produksi oleh Pt freeport di tembagapura Timika Papua, dengan alsan kondisi geografis di timika yang memilik sifat kelabilan struktur tanah PT Freport Tailing dengan mengunakan aliran sungai Otomona dan Ajikwa, PT Freeport mengklaim pengelolaan limbah tambang ini sudah di lakukan secara profesional,namun nyatanya deposit tailing ini tidak hanya mrubah dan merusak aliran sungai yang jernih menjadi kabur, namun ribuan hektar hutan adat suku kamoro rusak parah, termasuk hutan sagu yang merupakan hutan adat buat seluruh generassi suku kamoro di pesisir mimika timur rusak berat, dan hampir seluruh warga suku kamoro disekitar itu terpaksa mencari ikan menjauh dari radis hamparan tailing Freeport ( Muhammad yamin/ jurnalis menetap Di Timika)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar